Mengecam Provokasi KST Picu Kerusuhan Masyarakat
Oleh : Moses Waker )*
Masyarakat mengecam provokasi dan aksi brutal Kelompok Separatis dan teroris (KST) Papua yang telah menyebabkan kerusuhan masyarakat, sebagaimana yang terjadi di Yahukimo beberapa hari yang lalu. Mereka telah membuat kerugian materiil yang amat besar sekaligus membuat banyak orang ketakutan.
Pemekaran wilayah di Papua adalah usaha untuk memajukan wilayah Bumi Cendrawasih. Untuk daerah seluas Papua, memiliki dua provinsi juga amat kurang karena akan agak menyusahkan bagi warga sipil untuk mengurus administrasi ke ibu kota provinsi. Akan tetapi rencana pemekaran ini malah ada yang menentang, dan didemo oleh sekumpulan orang yang kena provokasi oknum.
Demo di wilayah Dekai, Yahukimo pada 15 Maret 2022, berakhir dengan sangat ricuh. Pasca unjuk rasa malah ada sejumlah bangunan hingga kantor pemerintahan terbakar. Belum dihitung berapa kerugian materiil akibat demo ini. Yang lebih mengenaskan lagi, dalam peristiwa tragis ini ada dua korban jiwa.
Kombes Musthofa Kamal, Kabid Humas Polda Papua menyatakan, “Di dekat Kantor Kominfo, Dekai, ada orasi selama 3 jam dari Kominfo. Namun ada gesekan yang menyebabkan demo berakhir dengan rusuh. Diduga ada provokasi sehingga terjadi pembakaran sejumlah gedung.”
Lantas siapakah provokatornya? Kombes Faizal Ramadhani, Direskrimum Polda Papua menyatakan, “Ada dugaan keterlibatan KNPB (Komite Nasional Papua Barat) yang menunggangi demo itu. Penyebabnya karena ada beberapa pendemo yang memakai atribut KNPB.”
Komite Nasional Papua Barat adalah organisasi yang dibentuk sejak tahun 1961 yang ingin membelot dari Indonesia. Mereka terkait dengan OPM (organisasi Papua merdeka) dan KST (Kelompok separatis dan teroris). Jika ada pentolan KNPB yang merusuh dipastikan mengajak juga anggota KST.
Masyarakat mengecam KST dan KNPB karena mereka memprovokasi warga Dekai untuk menolak pemekaran wilayah. KST memang selalu menolak program-program pemerintah, termasuk penambahan provinsi di Papua. Pasalnya, mereka merasa Papua sedang dijajah oleh Indonesia, padahal yang benar adalah Papua provinsi resmi di NKRI.
Pengecaman amat wajar karena KST dan KNPB memprovokasi masyarakat sampai membakar gedung, sungguh suatu perbuatan yang nista dan merugikan. Padahal pemekaran wilayah adalah demi kemaslahatan masyarakat Papua.
KST dan KNPB hanya bisa mendemo dan merusak tetapi tidak memberikan solusi nyata bagi Papua. Apa yang bisa mereka beri kepada masyarakat? Hanya janji manis tentang kemerdekaan yang ternyata hanya omong-kosong. Jika mereka ingin jadi pemimpin, malah memberi contoh buruk dan provokasi.
Masyarakat juga heran mengapa KST dan KNPB menentang penambahan provinsi. Padahal pemekaran wilayah amat bermanfaat karena jika provinsi bertambah maka dana APBD bertambah juga. Otomatis masyarakat akan lebih sejahtera karena uang itu bisa digunakan untuk membangun infrastruktur dan berbagai fasilitas penting bagi rakyat di Bumi Cendrawasih.
Jika ada pemekaran wilayah maka juga akan dibangun jalan raya yang representatif, jembatan, gedung sekolah, dan fasilitas lain bagi masyarakat Papua. Tentu ada banyak manfaatnya. Namun rencana baik ini malah ditentang habis-habisan.
Entah apa alasan KST sampai hati menembak warga saat demonstrasi di Dekai yang notabene saudara sesukunya sendiri. Oleh karena itu mereka jadi public enemy dan tidak mendapat simpati sama sekali dari masyarakat asli Papua. Pemekaran wilayah adalah program yang positif tetapi malah ditolak oleh mereka.
Provokasi KST dan KNPB amat menyengsarakan karena menimbulkan kerugian materil dan juga korban jiwa. Masyarakat mengecam tindakan kelompok separatis tersebut karena merugikan pemerintah daerah dan membuat nyawa orang lain jadi hilang. KST memang harus diberantas agar tidak lagi membuat masyarakat ketakutan.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini