Ramadhan Momentum Rekonsiliasi Pasca Pemilu
Oleh : Davina G
Merayakan bulan suci Ramadhan di tahun politik bisa menjadi momentum yang tepat bagi seluruh komponen bangsa untuk membangun rekonsiliasi pasca Pemilihan Umum (Pemilu). Di mana semua pihak diharapkan dapat membangun soliditas dan meletakkan kepentingan bangsa lebih tinggi dibanding kepentingan yang lainnya. Soliditas inilah yang sangat diperlukan untuk mencegah segala ancaman disintegrasi bangsa yang dipertajam oleh oknum-oknum yang ingin memecah belah bangsa.
Jadikan puasa sebagai kondisi pengendalian diri dari perpecahan agar seluruh masyarakat menjunjung tinggi dan memperkuat tali persaudaraan antar sesama warga negara Indonesia. Kebajikan dan kelembutan Ramadhan pun diharapkan dapat memberikan kebaikan dalam politik dan bisa menjadi amal politik kita bersama.
Dalam kondisi masyarakat yang sempat terpecah karena isu-isu provokatif, bulan Ramadhan harus dijadikan sebagai ajang untuk meminimalisir dampak buruk dari kontestasi politik tersebut. Bulan Ramadhan kali ini jangan dimaknai hanya sebagai ibadah yang sekadar menahan lapar dan haus, melainkan dimaknai sebagai penahan diri dari emosi, kebencian, dan perpecahan. Justru, bulan baik inilah yang seharusnya dijadikan momentum terbaik untuk membangun perdamaian pasca Pemilu 2024.
Oleh karena itu, pesta demokrasi yang telah dilaksanakan agar masyarakat dapat menjalin silaturahmi dengan tidak mengumbar makian, permusuhan, dan kebencian, serta lebih bisa menahan diri untuk tidak mengumbar emosi di ruang publik. Hal ini penting untuk ditegaskan mengingat banyaknya kampanye negatif maupun ujaran kebencian yang tersebar sepanjang Pemilu berlangsung.
Organisasi Muhammadiyah menyatakan bulan Ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk merekatkan persaudaraan sesama anak bangsa terutama usai Pemilu 2024. Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengatakan bahwa semua elemen masyarakat harus menjadikan bulan suci Ramadhan sebagai momen rekonsiliasi, khususnya pasca Pemilu yang mungkin terjadi gesekan atau ketegangan agar dapat segera ternetralisasi.
Menurutnya, dengan rekonsiliasi ini maka akan tercipta kerukunan antar umat yang sekaligus sebagai sarana untuk menjaga keutuhan bangsa. Abdul Mu’ti menambahkan bahwa perbedaan pilihan merupakan hal yang bisa dan termasuk bagian dari sebuah demokrasi. Maka dari itu, semua pihak harus menghormati hasil pesta demokrasi, tetap menjaga kondusivitas, dan kembali bersama-sama membangun bangsa untuk masa mendatang yang lebih baik.
Pemilu adalah momen penting dalam kehidupan demokrasi suatu negara. Setelah proses pemilihan selesai, muncul tantangan besar dalam menjaga persatuan dan memperkuat rekonsiliasi di antara beragam kepentingan politik dan sosial. Pasca pemilu 2024, Indonesia menghadapi ujian signifikan dalam membangun kembali keharmonisan dan stabilitas politik. Penguatan rekonsiliasi menjadi kunci untuk menjamin kelangsungan persatuan bangsa.
Tokoh Muhammadiyah tersebut meminta agar masyarakat menyikapi hasil perhitungan suara dalam Pemilu dengan penuh kedewasaan, tidak membuat narasi-narasi yang akan memecah belah bangsa, serta menjadikan ibadah puasa sebagai peningkatan kualitas keimanan dan memperbaiki relasi sosial di masyarakat, tidak hanya kepada sesama umat Islam saja tetapi juga dengan seluruh masyarakat.
Menyikapi perbedaan pandangan yang muncul selama kampanye serta adanya polarisasi yang memicu konflik sosial, Ketua DPRD Kab. Bogor, Rudy Susmanto mengatakan bahwa Ramadhan tahun 2024 bisa menjadi rekonsiliasi politik bagi para pemimpin bangsa dan politisi di negeri ini. Karena menurutnya, bulan Ramadhan menjadi momen yang tepat untuk meredakan ketegangan pasca kontestasi Pilpres dan Pileg pada Februari kemarin. Ramadhan sudah sepatutnya menghadirkan kesejukan hati bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Lebih lanjut, Rudy Susmanto berharap agar residu politik usai Pemilu benar-benar dibersihkan di bulan yang penuh berkah ini karena suasana Ramadhan akan mendorong terjadinya rekonsiliasi yang dibutuhkan untuk membangun persatuan dan kesatuan bangsa.
Sama halnya berbicara terkait pentingnya rekonsiliasi di saat Ramadhan , Ketua Pengurus Cabang Nadhlatul Ulama (PCNU) Kota Solo, Mashuri mengatakan bahwa hadirnya bulan suci Ramadhan harus menjadi wadah yang pas untuk rekonsiliasi, terutama bagi para kelompok yang berbeda pandangan politik harus segera berdamai demi masa depan bangsa. Nilai-nilai Ramadhan yang menyiratkan pesan persaudaraan dan perdamaian menjadi sangat krusial untuk meredakan ketegangan pasca pesta demokrasi, karena menurutnya Ramadhan adalah bulan suci yang penuh kemuliaan di mana Allah SWT melimpahkan rahmat dan kasih sayang serta ampunan-Nya.
Selain itu, Mashuri menambahkan bahwa bulan Ramadhan juga harus dijadikan sebagai momen untuk membersihkan jiwa dari segala dosa maupun sifat-sifat buruk. Hubungan sesama masyarakat yang selama Pemilu 2024 sempat rusak harus diperbaiki. Dengan begitu, masyarakat akan menyadari dan merenung akan dampak buruk perpecahan bagi stabilitas nasional.
Partisipasi aktif masyarakat dalam proses rekonsiliasi pun juga sangat penting agar mencegah potensi retaknya persaudaraan antar sesama masyarakat dengan cara menghargai dan menghormati siapapun calon yang terpilih secara bijaksana, mengedepankan harmonisasi dengan menolak segala bentuk ujaran kebencian di platform digital, serta mampu menyikapi informasi dengan pemahaman yang utuh sehingga respon yang diberikan juga positif guna kepentingan bangsa dan negara. Sikap positif dari semua pihak sangatlah penting untuk kesejahteraan bersama karena Pemilu harus dijadikan sebagai sarana mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan umum bukannya mengedepankan emosi maupun kebencian.
)* Penulis merupakan Pegiat Forum Literasi Muda Batavia
Posting Komentar untuk "Ramadhan Momentum Rekonsiliasi Pasca Pemilu"